Lima Cerita dari Lokalisasi Kalijodo Penuturan Dari Krishna Murti


Lima Cerita dari Lokalisasi Kalijodo Penuturan Dari Krishna Murti

Kalijodo sebagai topik perbincangan kian menghangat dalam obrolan masyarakat. Selain karena merupakan lokalisasi tertua di DKI Jakarta, bahkan lebih tua daripada usia Indonesia sendiri, Kalijodo juga dikaitkan dengan peristiwa tabrakan maut yang mengakibatkan korban jiwa sebanyak empat orang.

Tak heran, Ahok mewacanakan hendak menertibkan kawasan Kalijodo dan mengembalikan fungsinya sebagai RTH (Ruang Terbuka Hijau). Bagaimanakah sistem lokalisasi di Kalijodo? Apa sajakah cerita-cerita dari sana?


Lima Cerita dari Lokalisasi Kalijodo Penuturan Dari Krishna Murti
Lima Cerita dari Lokalisasi Kalijodo Penuturan Dari Krishna Murti

Kalijodo pada Era Kolonial

Reputasi Kalijodo sebagai tempat pelacuran ternyata sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan. Keberadaannya sebagai tempat mencari "cinta sesaat" ternyata sudah dimulai saat pembentukan Batavia oleh Pemerintahan Kolonial Belanda.

Dalam bukunya, "Geger Kalijodo", Krishna Murti menuturkan bahwa pada abad ke-20, karesidenan Jakarta terdiri atas enam afdeling (semacam distrik). Salah satunya adalah afdeling Panjaringan.

Afdeling Penjaringan dikenal berada di lokasi yang strategis karena tak jauh dari pelabuhan utama ketika itu, yakni Pelabuhan Sunda Kelapa. Di dalam afdeling Penjaringan inilah terletak Kalijodo, sebuah kawasan yang diapit oleh Sungai Angke dan Kanal Banjir Barat.

"Sesuai dengan namanya, Kalijodo, sejak masa-masa penjajahan Belanda dikenal sebagai tempat orang mencari cinta," kata Krishna yang kini dikenal sebagai Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya dengan pangkat Komisaris Besar.

Menurut Krishna, dalam novel Ca-Bau-Kan karangan Remy Silado, digambarkan mengenai situasi di Kalijodo pada era 1930-an. Di situ, kawasan Kalijodo dikisahkan sebagai tempat para pedagang-pedagang Tionghoa singgah.

"Di sini tempat para gadis pribumi mendendangkan lagu-lagu klasik Tionghoa di atas perahu-perahu yang ditambat di pinggir kali," tulis Krishna, dikutip Kompas.  Reputasi Kalijodo sebagai tempat prostitusi ternyata berlanjut setelah era kemerdekaan. "Bahkan sampai abad ke-21, selain menjadi tempat perjudian ilegal, Kalijodo juga berkembang sebagat tempat prostitusi liar," tulis Krishna.


Cerita Krishna dan Bedul di Kalijodo

Komisaris Besar Krishna Murti mengaku bahwa ia pernah ditodong dengan pistol oleh preman di kawasan Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara.Situasi itu terjadi pada akhir Januari 2002. Saat itu, Krishna masih menjabat sebagai Kapolsek Metro Penjaringan.

Peristiwa penodongan diawali oleh perkelahian yang terjadi pada dua orang yang mewakili dua kelompok yang berseteru di kawasan itu. Kedua kelompok itu adalah kelompok Bugis dan kelompok Mandar. Peristiwa terjadi pada malam hari, tanggal 22 Januari 2002.

Krishna menceritakan, perkelahian dengan senjata yang bermula dari senggolan sepeda motor itu berakhir dengan kematian salah seorang dari kelompok Bugis. Kematian ini lalu menyulut kerusuhan antarkelompok.

"Mendengar rekannya tewas, puluhan orang dengan seketika berkumpul di tempat kejadian dengan berbagai jenis senjata tajam," tutur Krishna.

Menurut Krishna, situasi saat itu sangat genting. Saat bentrokan pecah, ia sempat menemui salah seorang yang melepaskan tembakan. Krishna kemudian melihat dan mengejar orang tersebut sambil memintanya untuk menyerahkan senjatanya.

Namun, Krishna menyebut, orang itu tidak takut dan justru balik menggertak Krishna. "’Jangan ada yang mendekat.’ Teriak dia ke arah saya," ucap Krishna.

Krishna mengatakan, situasi saat itu tidak menguntungkannya untuk melepaskan tembakan. "Jika pelatuk itu ditarik, tamat juga riwayat saya. Kalaupun melawan dengan mencabut pistol, pasti ia lebih cepat menarik pelatuk," tutur Krishna.

Dalam kondisi tersebut, Krishna kemudian melontarkan kalimat yang ia sebut ampuh untuk meredakan tensi amarah orang yang diketahui bernama Bedul itu. Bedul diketahui merupakan pimpinan dari kelompok Bugis.

"Saya ini Kapolsek. Jika kamu tembak saya, saya mati tidak masalah karena sedang bertugas demi bangsa dan negara. Namun, kalau saya mati, Anda semua akan habis!" kata Krishna.

Krishna mengatakan, Bedul setelah itu langsung menurunkan senjata sambil melontarkan permintaan. "Saya tahu, Bapak (adalah) Kapolsek, tetapi saya minta Bapak jangan ambil senjata saya," kata Krishna menirukan ucapan Bedul. Setelah itu, Bedul hilang pergi meninggalkan tempat kejadian.



Metode Penyelesaian Konflik di Kalijodo

Sebagai wilayah prostitusi yang kental dengan unsur premanisme, konflik adalah hal yang niscaya terjadi di Kalijodo. Bagaimanapun, kehidupan di Kalijodo adalah kehidupan yang keras. Masalah kecil bisa menjadi besar, bahkan berbuah pembakaran rumah.

Peristiwa konflik yang mengakibatkan pembakaran rumah di Kalijodo pada 22 Februari 2002 dini hari, dikutip dari Kompas,4 Maret 2002, bukanlah yang pertama. Sebelumnya, skalanya disebut kecil, hanya satu-dua rumah.

Pada saat itu, karena jumlah rumah yang terbakar mencapai ratusan, barulah aparat pemerintah daerah dan keamanan tampak peduli. Bentuk kepedulian itu pun sebatas pembongkaran semua bangunan yang setiap orang tahu jelas melanggar peraturan karena didirikan di atas bantaran dan tanggul banjir kanal dan Kali Angke.

Dengan tindakan itu, aparat berharap, Kalijodo "bersih" dari pelanggaran-pelanggaran lainnya, yakni perjudian dan pelacuran. Kenyataannya, pelanggaran-pelanggaran semacam itu masih terjadi hingga saat ini.

Perihal ‘metode pembakaran’ ala masyarakat Kalijodo juga tersurat dari ucapan salah satu PSK di sana. Salah satu PSK bernama Mimi mengomentari rencana Ahok untuk menertibkan Kalijodo. Menurutnya, justru rencana itu akan membuat rumah Ahok dibakar.

"Kalau maksa mau ke sini, silakan, Mas. Mau bawa ratusan polisi dan TNI bersenjata, kagak bakalan bisa, dah. Justru rumah Ahok entar dibakar," kata Mimi.


Para ‘Mafia’ Kalijodo

Krishna Murti memiliki kesan tersendiri terhadap lokalisasi Kalijodo. Kesan itu ia dapatkan saat masih menjabat sebagai Kapolsek Penjaringan. Krishna Murti menggambarkan bagaimana sistem kekuasaan berjalan di Kalijodo.

"Mirip mafia," kata Krishna Murti.

Kala itu, Krishna menyebut, terdapat lima bos besar di situ. Kelima bos itu adalah Riri (yang bekerja sama dengan Agus), H Usman, Aziz, Bakri, dan Ahmad Resek. Kelimanya mengelompokkan wilayah-wilayah di Kalijodo sebagai daerah kekuasaan mereka.

Uniknya, para bos itu tidak mengelola perjudian. Menurut Krishna, kelimanya hanya menyediakan tempat alias menyewakan lahan di Kalijodo. Lahan-lahan mereka disewa oleh operator judi yang berasal dari etnis Tionghoa.

Selain menyewakan lahan, kelima ‘mafia’ Kalijodo juga menjamin keamanan berlangsungnya perjudian. Artinya, para operator di sana tidak akan diganggu oleh siapa pun, aparat, apalagi organisasi massa.

Pertanyaannya, bagaimana mereka menjamin keamanan di sana?


‘Tenaga Keamanan’ Kalijodo

Untuk menjamin keamanan di lapangan, para ‘mafia’ Kalijodo menggunakan ‘tenaga keamanan’ dalam jumlah yang cukup besar. ‘Tenaga keamanan’ yang digunakan bukan berjumlah puluhan, melainkan ratusan orang.

Kelompok yang paling banyak menggunakan ‘tenaga keamanan’ di Kalijodo adalah H Usman. Menurut catatan Polsek Penjaringan kala itu, kelompok H Usman sedikitnya memiliki 500 orang ‘tenaga keamanan’. Sementara itu, rata-rata kelompok lainnya memiliki pasukan sekitar 200-300 orang.

Bila catatan tersebut benar, dalam arti diasumsikan bahwa kelompok H Usman memiliki 500 orang dan keempat kelompok lainnya diasumsikan memiliki masing-masing 250 orang, maka Kalijodo diperkuat oleh sekitar 1500 orang ‘tenaga keamanan’.

Para ‘tenaga keamanan’ ini siap melakukan apa saja bila ada yang mencoba mengganggu perjudian di situ. Upah rata-rata setiap "anggota keamanan" sebesar Rp30.000 per malam.
Zulfian Prasetyo

sumber berita:
https://www.selasar.com/politik/5-cerita-dari-lokalisasi-kalijodo



Related Posts:

1 Response to "Lima Cerita dari Lokalisasi Kalijodo Penuturan Dari Krishna Murti"

tolong jangan pasang backlink di comment... pasang saja di "Name/URL"







Jadikan Blog/Situs Anda Penghasil Uang







Jadikan Blog/Situs Anda Penghasil Uang